Selasa, 12 Oktober 2010

laporan dasbud

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini (Ghufran, 2008).
Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki peluang ekonomi untuk dibudidayakan. Budi Daya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena pemenuhan permintaan masih sangat kurang. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya. Teknik budi daya ikan patin sebenarnya relatif mudah sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni budi daya ikan ini (Ghufran, 2008).
Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budi daya ikan patin ini (Ghufran, 2008).
B. Tujuan
Praktikum dasar-dasar budidaya perairan ini diharapkan agar praktikan memahami :
1. Teknik menghitung growth rate atau laju pertumbuhan dan konversi pakan ikan.
2. Teknik menghitung survival rate atau tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan.
3. Teknik mengukur kualitas air ( suhu, DO dan pH).

























II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin
Sistematika ikan patin (Pangasius pangasius) menurut (Ghufran, 2008) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Ordo : Ostarioplaysi
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Ikan Patin jambal (Pangasius djambal) termasuk kedalam kelompok Catfish yang berukuran besar, dimana kelompok Pangasius ini terdiri dari 19 species yang tersebar mulai dari daratan India, Indocina, Burma, Malaysia dan Indonesia (Robert & Vidyahayanon, 1991).
Patin jambal adalah salah satu dari kelompok pangasius yang banyak terdapat di sungai, danau dan perairan umum lainnya di Indonesia dan banyak di jumpai di daerah Jambi, Riau dan Sumatera Selatan. Dari hasil evaluasi di lapangan menunjukan bahwa ikan ini mempunyai karakter yang menguntungkan untuk budidaya dan bisa mencapai ukuran yang lebih besar dari 20 kg bobot badan (Legendree at all, 2000) namun ketersediannya masih bergantung dari hasil tangkapan di alam.
Dengan keberhasilan Balai Budidaya Air Tawar Jambi dalam produksi massal benihnya sejak 2002, maka terbuka peluang usaha pembesarannya. Sehingga budidaya patin jambal dapat dijadikan arternatif komoditi air tawar untuk dimasa mendatang.




B. Patin dan Penyebaran
Penyebaran ikan patin banyak terdapat di daerah lampung, sumatera selatan, jawa barat dan Kalimantan. Patin siam bukan ikan asli Indonesia. Dengan berbagai kelebihan, ikan ini berkembang di sini. Hampir di setiap daerah berdiri sentra-sentra produksi, mulai dari pembenihan hingga pembesaran. Lalu dari mana sebenarnya ikan patin ini dan bagaimana dengan penyebarannya.
Patin Siam adalah ikan asli Thailand. Patin Siam umumnya hidup di air tawar dan payau dengan aliran air yang tenang, terutama di sungi-sungai berlumpur atau berpasir (Smith, 1945; Soetikno, 1976; Direktorat Jenderal Perikanan 1877; Lagler Et Al., 1977). Kadang-kadang ikan ini masuk ke dalam rawa yang berdekatan dengan sungai besar (Soetikno, 1974).
Ikan ini hidup subur di sungai, danau, waduk dan kolam (Varikul Dan Boonsom, 1966; Sar, 1985). Penyebaran ikan Patin Siam meliputi Thailand, Burma, India (Weber dan Beaufort, 1913 ; Smit 1945 ; Direktorat Jenderal Perikanan, 1977) Taiwan, Malaysia, Semenanjung Indocina (Buchanan, 1983), Sumatra dan Kalimantan (Schuster dan Djajadiredja, 1952).
Ikan patin siam termasuk ikan dasar, hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang bawah. Habitatanya di sungai-sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Jenis ikan patin di Indonesia cukup banyak, diantaranya Pangasius poluranodo (ikan juaoro), Pangasius macronema (ikan rius, riu, lancang), Pangasius micronemus (wakal, riu scaring) Pangasius nasutus (pedado) dan Pangasius nieuwenhuisil (lawang) (Effendi, 2006).
Ikan Patin Siam mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap amonia dan buangan nitrogen lainnya dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan buatan, seperti dalam sangkar terapung . Ikan ini juga mempunyai daya reproduksi, benihnya dapat ditangkap di sungai-sungai besar dan baik untuk dikembangkan sebagai ikan kultur (Direktorat Jenderal Perikanan, 1977).





C. Kualitas Air
Kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air meliputi sifat kimia air dan sifat fisika air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2), karbondioksida (CO2), pH, zat-zat beracun dan kekeruhan air. Sedangkan sifat fisika air adalah suhu, kekeruhan dan warna. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen di dalam air dan apabila air kekurangan oksigen ikan patin dapat mengambil oksigen dari udara. Pada usaha budidaya intensif kandungan oksigen yang diperlukan adalah minimal 4 mg/liter air, sedangkan kandungan karbondioksida kurang dari 5 mg/liter air. Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan oksigen dan karbondioksida adalah water quality test kit atau alat pengukur kualitas air. Nilai pH (puisanche of the H) yang normal bagi kehidupan ikan patin adalah 7 (skala pH 1-14), namun karena pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari akibat berlangsungnya fotosintesa maka derajat keasaman yang baik untuk ikan patin adalah antara 5-9 (Ghufran, 2008).
Alat yang digunakan untuk mengukur keasaman air adalah kertas lakmus. Zat beracun yang berbahaya bagi kehidupan ikan patin adalah amoniak, yaitu amoniak bukan ion (NH3) dan amonium (NH4) yang biasanya muncul apabila fitoplankton banyak yang mati yang diikuti dengan penurunan pH karena kandungan karbondioksida meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang dapat mematikan kehidupan ikan patin adalah antara 0,1-0,3 mg/liter air. Kekeruhan dapat mempengaruhi cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Kekeruhan disebabkan karena berbagai partikel seperti lumpur, bahan organik, sampah atau plankton. Kekeruhan yang baik adalah disebabkan oleh plankton. Alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan air adalah sechi disk. Kategori kekeruhan air adalah sebagai berikut :
Kedalaman air (cm) Kesimpulan
1. 1 – 25 Air keruh, dapat disebabkan oleh plankton dan partikel tanah
2. 25 – 50 Optimal (plankton cukup)
3. 50 Jernih (plankton sedikit)




D. Pakan
Dalam kegiatan budidaya perikanan Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan perlu diberikan makanan sebanyak 3-5% dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali yaitu, pagi, siang, sore hari (Ghufran, 2008).
Pakan diberikan dengan disebarkan secara perlahan sambil mengamati perilaku ikan. Ikan yang bermasalah bisanya memiliki nafsu makan yang rendah dan terasing dari komunitasnya. Pengontrolan kondisi ikan saat pemberian makan merupakan waktu paling mudah untuk kerperluan deteksi dini terhadap masalah. Jika seandainya ikan terlihat telah kenyang sedangkan jatah pakan masih tersisa maka hentikan pemberian pakan dan catat jumlah pakan yang diberikan pada waktu tersebut (Suwandi, 2007).
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel) (Ghufran, 2006).










III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat
Pada pelaksanan praktikum Dasar-Dasar Budidaya Perairan ini dimulai dari tanggal 3 Mei 2010 sampai dengan 25 Mei 2010. Praktikum ini bertempat di Laboraturium Dasar Bersama program study Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan
Dalam praktikum Dasar-Dasar Budidaya ini menggunakan alat dan bahan diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat – alat Praktikum
No Nama Jumlah Fungsi Spesifikasi
1





2



3

4



5


6

7


8 Aerator





Timbangan (digital)


Penggaris

Selang diameter 1 cm


pH Meter


Termometer

DO meter


Akuarium 1 buah





1 buah



1 buah

1 meter



1 buah


1 buah

1 buah


1 buah Untuk menambah kelarutan oksigen dalam air, sehingga ikan tidak mengalami LODOS (Low Disolve Oksigen Syndrome).

Untuk menimbang berat ikan yang dipelihara.


Untuk mengukur panjang ikan.

Untuk mengganti air dan mengeluarkan kotoran dan sisa pakan dari ikan (penyiponan).

Untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan air.

Untuk mengukur suhu air.

Untuk mengetahui kelarutan oksigen dalam air.

Sebagai media pemelihaaran ikan.
12 lubang





Tingkat Kesalahan 0,0000 gram

Satuan cm

Diameter 1 cm



0,1 unit pH


0C

0,01 ppm


25x25x25 cm
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Nama Jumlah Fungsi
1



2 Ikan Patin (Pangasius pangasius)

Pakan pellet (terapung / tenggelam) 10 ekor



Sebagai bahan praktikum, untuk mengetahui aktivitas, dan kebiasaan hidupnya.

Sebagai pakan bagi ikan, untuk mempercepat pertumbuhan.


C. Cara Kerja
Setelah kita mendapatkan ikan yang sudah ditentukan untuk di pelihara, kita akan mulai pemeliharaan dengan beberapa cara kerja, diantaranya:
Persiapan Media
Perlakukannya berupa menyiapkan wadah budidaya yaitu aquarium dengan membersihkannya terlebih dahulu, lalu mulailah pengisian air ke dalam aquarium, selanjutnya ikan-ikan mulai ditebar.

Pengukuran Panjang dan Berat
Dengan melakukan pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan dengan dua alat, yaitu timbangan dan mistar. Ikan yang akan ditimbang beratnya, menggunakan gelas minuman yang diisi air untuk tempat ikan yang akan ditimbang. Kemudian ikan yang akan diukur panjangnya, langsung ambil ikan dan ukur menggunakan mistar, jangan sampai terlalu lama.
Pemeliharaan
Kegiatan ini diakukan dengan cara, memberi pakan, sistem aerasi, dan penyiponan. Untuk pemberian pakan, dilakukan 3x sehari, lalu sistem aerasi untuk ikan gabus tidak boleh terlalu besar karena ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan, selanjutnya penyiponan untuk membuang kotoran dan sisa pakan ikan.
Kualitas Air
Kualitas air dapat diketahui dengan mengukur pH, suhu, dan disolve oksigen (DO). Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter, lalu pengukuran suhu menggunakan termometer, selanjutnya mengukur kelarutan oksigen dengan DO meter.
Survival Rate(SR) dan Feeding Convertion Ratio (FCR)
Melakukan kegiatan untuk Mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan, selanjutnya menghitung nilai konversi pakan. Dengan cara menimbang berat badan dan mengukur panjang ikan setiap minggu.


















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil pengamatan yang dilakukan selama 23 hari mulai pada tanggal 03 Mei 2010 sampai dengan tanggal 25 Mei 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Berat dan Panjang Ikan Minggu I
Ikan patin Panjang (cm) Berat (gr)
1 7,4 1,2
2 6 1,45
3 7 2,31
4 5,9 1,32
5 6,1 0,9
6 5,9 1,0
7 5 1,3
8 5,2 2,67
9 6 1,49
10 5,3 0,78
Jumlah 59,8 14,34
Rata-rata 5,98 1,434

Tabel 4. Berat dan Panjang Ikan Minggu II
Ikan patin Panjang (cm) Berat (gr)
1 7,5 1,6
2 6,2 3,6
3 6,1 3,1
4 7 1,6
5 6 1,4
6 5 2,2
7 5,1 1,8
8 6 1,5
9 5 1,6
10 6 1,07
Jumlah 59,9 19,47
Rata-rata 5,9 1,9




Tabel 5. Berat dan Panjang Ikan Minggu III
Ikan patin Panjang (cm) Berat (gr)
1 4,5 0,79
2 4,2 0,72
3 4,0 0,70
4 3,9 0,65
5 4,3 0,75
Jumlah 20,9 3,61
Rata-rata 4,18 0,71

Tabel 6. Berat dan Panjang Ikan Minggu IV
Ikan patin Panjang (cm) Berat (gr)
1
2
3
Jumlah
Rata-rata


Tabel 7. Pengamatan Kualitas Air
Hari/Tangal Suhu (oC) pH DO Keterangan
Senin, 03 Mei 2010 28 6,9 5,0 Penebaran benih
Kamis,05 Mei 2010 28 6,9 5,0 Penyifonan akuarium
Senin, 10 Mei 2010 28 6,7 5,2 Ikan mati 1 (B=0,312 gram)
Senin, 17 Mei 2010 29 6,5 5,1 Ikan mati 1 (B=0,42 gram)
Selasa, 25 Mei 2010 29 6,0 5,2 Ikan mati 1 (B= 0,70 gram)


\

B. Pembahasan
Budidaya perairan merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh hasil perikanan baik berupa ikan ataupun makhluk air lainnya dengan menggunakan teknik budidaya yang baik. Pada budidaya perairan dijelaskan bagaimana menerapkan suatu teknik dalam membudidaya ikan. Pada praktikum dasar-dasar budidaya perairan ini bertujuan agar setiap praktikan yakni mahasiswa perikanan dapat mengerti cara dalam melakukan teknik budidaya yang baik. Pada praktikum ini dibagi menjadi sepuluh kelompok, dimana setiap kelompok memelihara salah satu jenis ikan tertentu. Dan dalam kegiatan ini kami mendapatkan jenis ikan patin.
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan omnivora atau ikan yang memakan tumbuhan dan plankton. Sehingga dalam melakukan kegiatan pemeliharaan ikan patin diberi pakan berupa pellet terapung. Pada praktikum kali ini, tingkat kelangsungan hidup ikan atau surfivel rate yang diperoleh adalah 30%, dari sepuluh ekor ikan yang dipelihara yang hidup hanya tiga ekor. Adapun penyebab ikan tersebut mati adalah karena ikan pada saat awal penebaran tidak mampu beradaptasi sehingga ikan tesebut stres dan pada akhirnya mati.
Pada pemeliharaan ikan, pakan diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan dalam satu hari sekitar 1 gram dengan rincian pada pagi hari 0,3 gram, pada siang hari 0,4 gram dan pada sore hari 0,3 gram. Menurut Effendi (2006) ikan patin merupakan salah satu ikan yang pertumbuhannya dapat dikatakan cepat, dan pada kenyataannya yang dilakukan pada praktikum bahwa pertumbuhan ikan patin terjadi lambat. Adapun kecepatan pertumbuhan ikan patin yang kami pelihara sekitar per minggu.
Lambatnya pertumbuhan ikan patin pada saat pemeliharaan menurut Ghurman (2008) di karenakan oleh beberapa faktor, seperti pakan, kualitas air, dan benih yang digunakan. Dalam praktikum ini, memang pertumbuhan ikan sangat lambat karena dari segi pakan yang digunakan merupakan pakan alami yang jumlahnya tidak terlalu banyak, lalu kualitas air budidaya mungkin terlalu jernih. Dengan air yang terlalu jernih dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan gabus karena tidak sesuai dengan habitat aslinya yang merupakan perairan berlumpur. Dan juga benih yang digunakan untuk percobaan bukan merupakan bibit unggul karena menerut penjualnya, benih berasal dari petani dari sungai.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
• Parasit adalah penyakit bintik putih (white spot), yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifiliis yang biasanya menyerang benih berumur 1 – 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
• Bakteri yang menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai perdarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60 menit. Cara pengobatan lain adalah perendaman dalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau dalam larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam. Selain perendaman, pengobatan dapat dilakukan dengan mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan seperti Chloromycetin sebanyak 1-2 gram per kg makanan.
• Jamur dapat menyerang ikan patin karena adanya luka-luka di badan ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahannya adalah dengan menjaga kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan menjaga agar tubuh ikan tidak terluka. Cara pengobatannya adalah dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya di kabupaten OKI, serangan hama dan penyakit terhadap ikan patin yang dipelihara relatif sedikit. Gejala penyakit yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan ikan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan buatan sendiri atau pemberian makanan berupa pelet buatan pabrik yang sudah mengandung vitamin. Untuk serangan penyakit tertentu yang mengakibatkan kematian ikan digunakan obat Khemy dengan dosis pengobatan 1,5 sendok teh yang dicampur dalam pakan buatan sendiri.
Pada saat ini di daerah OKI belum ada UPR ikan patin dan produksi benih oleh UPR di Palembang belum mencukupi permintaan masyarakat Sumsel. Oleh karena itu benih ikan patin didatangkan dari Bogor dan daerah lain di Pulau Jawa. Walaupun keadaan transportasi cukup baik, namun keadaan ini dapat menjadi kendala di masa yang akan datang, yaitu harga benih menjadi lebih mahal dan jumlah pasokan benih sulit diprediksi, sehingga akan mempengaruhi usaha budidaya pembesaran ikan patin di daerah ini. Kendala lain yang dihadapi adalah usaha pembenihan ikan patin memerlukan biaya cukup tinggi karena usaha pembenihan memerlukan persyaratan teknologi budidaya tertentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah Pemerintah Daerah setempat bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di kecamatan Mariana dan dinas terkait, membantu pengadaan unit-unit pembenihan ikan patin.
Dalam budidaya ikan air tawar, pakan merupakan kebutuhan primer untuk mempercepat pertumbuhaan ikan. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang lahap dalam konsumsi pakan. Pakan buatan pabrik relatif mahal, sehingga masyarakat berusaha mengganti pakan pabrik dengan pakan buatan sendiri yang bahan bakunya diperoleh dari daerah sekitarnya. Masalahnya adalah dosis pakan buatan sendiri belum dapat dipastikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sehingga efisiensi penggunaannya belum diketahui. Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dilakukannya penelitian, penyuluhan dan pelatihan oleh pihak yang berkepentingan kepada para pembudidaya dalam pembuatan pakan buatan yang memenuhi syarat teknis budidaya dan secara ekonomis menguntungkan.
Oleh karena sistem fence baru berkembang dalam tiga tahun terakhir, maka kendala utama yang dihadapi oleh calon pembudidaya ikan patin yang akan memakai sistem ini adalah dalam hal : penguasaan teknik konstruksi fence; penguasaan manajemen pemeliharaan ikan patin; dan belum adanya informasi mengenai rencana lokasi lahan budidaya. Kendala teknik konstruksi dan manajemen pemeliharaan dapat diatasi apabila lembaga terkait aktif memberikan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat calon pembudidaya. Lembaga terkait saat ini telah memberikan penyuluhan dan pelatihan, namun masih perlu ditingkatkan. Sedangkan kendala informasi dapat diatasi dengan keaktifan dua belah pihak yaitu Pemerintah dan calon pembudidaya untuk saling mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai rencana peruntukan lokasi budidaya ikan patin. Ketepatan lokasi penting agar tidak merugikan seluruh pihak baik pembudidaya, pemerintah daerah maupun bank apabila proyek dibiayai oleh bank. Kerugian perlu dicegah karena budidaya ikan patin adalah usaha yang terkait erat dengan usaha pada sektor-sektor lain baik usaha-usaha disektor hulu maupun sektor hilir. Usaha ini mempunyai kaitan dengan sektor hulu karena:
• dapat menghidupkan usaha penyediaan bahan baku lokal untuk pembuatan karamba dan fence serta peralatan perikanan
• memanfaatkan limbah produk ikan olahan dan hasil sampingan industri kecil pengolahan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk pakan ikan
• menghidupkan usaha produksi dan jasa penyediaan benih dan saprokan lainnya.
Sedangkan di sektor hilir usaha ini dapat menghidupkan kegiatan ekonomi yang mencakup usaha sektor pedagangan ikan, usaha rumah makan/restoran, usaha transportasi dan pelayanan kredit perbankan. Sektor usaha budidaya ikan patin juga memberikan sumbangan bagi pemerintah daerah berupa Pajak Bumi dan Bangunan.








V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pemeliharaan ikan patin ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah ikan patin yang ditebar sebanyak 10 ekor dan ikan yang mati selama pemeliharaan sebanyak tiga ekor, jadi survival rate ikan nila tersebut adalah 30%.
2. Setelah melakukan pemeliharaan, diketahui bahwa pengaruh pakan alami terhadap pertumbuhan ikan patin cukup besar, pertambahan berat badan dari ikan patin hampir mencapai 0,5 gram per minggu.
3. Jumlah DO rata-rata adalah 7,9 , jumlah suhu rata-rata adalah 28 C ,dan pH rata-rata adalah 6,8.
4. Ikan patin merupakan salah satu omnivore atau yang memakan tumbuhan dan hewan.
5. Ciri-ciri ikan patin terserang jamur adalah adanya luka pada bagian tubuh terutama ditutup insang, sirip dan bagian punggung.
6. Bakteri yang paling sering menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp dan Psaeudomonas sp.

B. Saran
Seluruh fasilitas seperti aerator, akuarium, pH meter, kertas lakmus dan lain-lain di laboratorium hendaknya dilengkapi beserta bahan praktikum agar praktikan tidak kesulitan dalam melaksanakan praktikum dan sebaiknya laboratorium dirapikan dan dibersihkan agar praktikan lebih nyaman dalam melaksanakan praktikum. Sebaiknya di laboratorium juga dibuat jadwal piket untuk setiap kelompok, supaya keadaan lab selalu bersih.
Dalam melakukan pemeliharaan ikan patin, sebaiknya wadah dan kualitas air yang digunakan haruslah bagus dan bersih. Terutama air yang digunakan sebaiknya air aeratornya di atur sesuai dengan habitat asli dari ikan patin, supaya pertubuhan ikan lebih cepat dan ikan tidak mudah stress. Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan juga harus sesuai dengan pakan yang biasa dimakan ikan patin, yaitu berupa pellet terapung.























PERHITUNGAN

1. Pertambahan Berat
Pertambahan Berat =
= 1,8 gr – 5,98 gr
= 0,94 gram

2. Pertambahan Panjang
Pertambahan Panjang = Pt – Po
= 6,3 cm – 3,72 cm
= 2,58 cm

3. Pertambahan Berat Nisbi
Pertambahan Berat Nisbi =
=
= 1,093 gr

4. Bertambahan Panjang Nisbi
Pertambahan Panjang Nisbi =
=
= 0,694 cm

6. Survival Rate (SR)
Survival Rate =
=
= 10%
7. Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio =
=
= 1,7
Jadi untuk menaikkan 1 kg berat ikan dibutuhkan pakan dengan jumlah 1,7 kg.

2 komentar:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan ARTEMIA untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan ARTEMIA untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus